Kisah Hidup-qu

ketika suatu imajinasi tidak dapat disampaikan maka itu adalah sebuah kekosongan yang tak bermakna..perlihatkan imajinasimu agar kau tetap hidup sebagai manusia di dunia ini.... By : Anwar Hamdi



Widget edited by anwar

Berita Iptek


ShoutMix chat widget
Tampilkan postingan dengan label Ekonomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ekonomi. Tampilkan semua postingan

Apa itu Letter of Credit dan Mengapa Penting Untuk Diketahui ?

Letter of Credit yang biasa disingkat dengan (L/C) merupakan salah satu instrument pembayaran yang sangat penting dalam perdagangan international. Letter of Credit sangat vital dalam memberikan keyakinan kepada pembeli (buyer) maupun penjual (seller) dalam melakukan perdagangan international (export-import).

Dengan tersedianya Letter of Credit :

Penjual (Seller/Exporter) :

Mendapat keyakinan akan ketersediaan pembayaran atas barang dan atau jasa yang diserahkan. Dengan telah dibukanya Letter of Credit oleh pihak buyer, seller tidak perlu khawatir mengenai adanya kemungkinan barang dan atau jasa yang diserahkan tidak (kurang)dibayar, sepanjang klausa (Term and Condition) yang tercantum di dalam L/C dipenuhi. Keyakinan tersebut diperoleh dengan adanya penegasan dari pihak bank pembuka L/C bahwa pihak pembeli (buyer) memiliki kemampuan yang cukup untuk membayar dan dalam hal ini bank pembuka L/C menjamin akan mendibit rekening pihak pembeli, jika pihak penjual menyerahkan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan.

Bahkan di Indonesia, penguasaan terhadap sebuah Letter of Credit (L/C), bisa dijadikan dasar permohonan "Kredit Export (KE)" guna memperoleh dana lebih awal dari bank devisa, untuk dipergunakan sebagai modal kerja dalam memproduksi barang yang difasilitasi oleh Letter of Credit tersebut. Tentu saja pihak bank akan mengenakan bunga tertentu atas kredit tersebut, yang biasa disebut dengan bunga diskonto.


Pembeli (Buyer/Importer) :

Memperoleh keyakinan bahwa dia/mereka hanya akan membayar seller atas penyerahan barang dan atau jasa yang dipesannya sesuai dengan syarat yang telah disepakati sebelumnya yang akan dituangkan di dalam "Term and Condition" L/C yang akan dibuka. Dalam hal ini bank pembuka hanya akan mendebit rekening buyer, jika bank telah menerima dokumen yang dipersyaratkan.

Bagi mereka yang berada di bagian accounting maupun keuangan, mengenal dan mengetahui dasar mekanisme kerja letter of credit adalah penting, sehingga dapat diestimasi : kapan dan bagaimana TRANSAKSI SALES (jika perusahaan bertindak selaku seller) atau PURCHASE (jika perusahaan bertindak sebagai buyer) akan berakibat terhadap POSISI KAS perusahaan. Jika rekan-rekan di accounting atau keuangan menguasai mekanisme "Letter of Credit", maka itu merupakan nilai plus yang melengkapi keahlian dalam mengelola keuangan perusahaan (tinggal beberapa langkah menuju jenjang career yang lebih tinggi/financial controller). Menarik kan ?.

Sedangkan bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia export-import, "Letter of Credit" adalah sesuatu yang wajib untuk dikuasai. Bagaimana tidak, atas proses export-import yang menggunakan instrument Letter Of Credit, langkah demi langkahnya harus selalu stick on (berpatokan) pada butir-butir “Term and Condition” yang tercantum di dalam Letter of Credit. Mulai dari :
(-). Packing Instruction : dimension, unit weight, quantity/volume per pack, side/front pack marking, dll.
(-). Document Required : Export License, Commercial invoice, Certificate of Inspection, Fumigation Certificate, dll.
(-). Shipping Instruction : Nominated Forwarder, Port of Departure, Notify Party, Port of Destination, Consignee Name, dll.

Penyimpangan (discrepancies) sangat kecil/sepele sekalipun terhadap instruksi (instruction) maupun permintaan (requirement) yang tercantum di dalam “Term and Condition” OTOMATIS MENGAKIBATKAN GAGALNYA REALISASI PEMBAYARAN atas sebuah transaksi yang di fasilitasi dengan Letter of Credit. Dan ini adalah tanggung jawab mereka-mereka yang berada di bagian Export-Import.

Catatan Penting :
Dalam sebuah transaksi yang menggunakan Letter of Credit, yang menjadi penentu dasar realisasi pembayaran adalah Dokumen. Sedangkan kondisi barang/jasa yang diperjual-belikan maupun hal-hal lain yang menyangkut kesepakatan seller dengan buyer, adalah diluar tanggung jawab institusi keuangan (dalam hal ini bank), artinya : bank pembuka berhak mendebit rekening buyer dan wajib membayarkannya kepada seller melalui bank yang ditunjuk begitu dokumen diterima dalam keadaan lengkap dan sesuai dengan kondisi yang dipersayaratkan, terlepas apakah barang/jasa yang diserahkan dalam keadaan yang sesuai dengan kesepakatan antara buyer dengan seller atau tidak.

Letter of Credit

Berikut ini adalah ringkasan dari cara pengurusan letter of credit (L/C) untuk kegiatan ekspor impor. Asumsinya, Anda berada dalam posisi sebagai pembeli atau importir. Adapun proses teknisnya adalah sebagai berikut:

* Buat sales contract dengan penjual,
* Datang ke bank, minta fasilitas untuk pembukaan L/C, dan
* Tunggu kiriman barang dari penjual.

Biasanya, pihak bank meminta syarat berupa:

* Collateral, bisa berupa fixed asset atau cash,
* Bayar biaya-biaya yang mungkin timbul, biasanya biaya adminstrasi, telex, dll. Pastikan informasi Anda terima dengan sejelas-jelasnya agar nantinya budget Anda tidak terlampaui.

Data-data yang diperlukan antara lain:

* Jenis barang selengkapnya agar barang sama dengan dokumen yang nantinya akan diterima,
* Jumlah barang dengan toleransinya bila diperlukan,
* Nilai barang,
* Dokumen lain yang terkait:
o Bill of lading (B/L) yang diterbitkan oleh perusahaan pengangkutan,
o Polis asuransi, agar tidak rugi bila kiriman Anda tenggelam,
o Invoice, yang mencantumkan nama barang, jumlah, nilai, dsb.
o Selain dokumen tersebut, Anda juga bisa minta dokumen pendukung lain agar “tidak tertipu”, misal certificate of analysis (untuk impor barang-barang chemical), certificate of origin, surveyor certificate, packing list, dsb.
* Tanggal pengapalan terakhir,
* Tanggal berlaku L/C,
* Pelabuhan asal dan tujuan,
* Nama dan alamat penjual serta alamat tujuan pengiriman,
* Apakah pengiriman sebagian dan transhipment diperbolehkan atau tidak, dan
* Jenis L/C, apakah sight, usance, atau lainnya.

Kalau Anda menemui kesulitan, silakan minta tolong ke bagian exim di bank. Anda juga bisa membaca “kitab suci” pelaku exim, yaitu UCP DC (Uniform Custom Practices for Documentary Credit) publikasi dari ICC (International Chamber of Commerce) No. 503.

Fair credit card offers
Possibly Related:

* What is a Lease Purchase?
* For All Those Accountant Out There
* Financial Terms and Ratios
* How to Introduce Your Company
* Andharra Wordpress Themes

Trackbacks/Pings

Comments
1. randi
March 31st, 2005 at 5:47 pm

oh jadi ini untuk pembeli . waaks ribet juga yah.
2. adi wahyu
April 2nd, 2005 at 6:02 am

Keren juga jadi importir :-?

NB dah diupdate ;-). Nofie, jangan pindah lagi ya :D
3. Nofie
April 3rd, 2005 at 3:40 am

Insya Allah saya settle disini. Mudah-mudahan bisa rajin update. Tengkyu atas commentnya.
4. natalia
March 31st, 2006 at 11:01 am

Saya adalah lulusan salah satu perguruan tinggi jurusan pemrograman komputer.Ingin mendirikan usaha penjualan mebel yang bisa sampai menjangkau luar negri dengan menggunakan we e-commerce.
Sistem pembayaran yang saya inginkan adalah menggunakan Letter of credit.
Saya ingin tanyakan adalah :
1.syarat apa yang diperlukan coustomer saya,agar bisa melakukan pembayaran dengan Letter of credit.
2.apa Letter of credit itu dikirimkan melalui jasa pos.
3.Bagaimana saya bisa mengetahui bahwa LCs yang dikirimkan oleh coustemer adalah asli.
Tolong dijelaskan,sebab saya sama sekali buta dengan LCs.

susana2757@yahoo.co.id
natalia2757@yahoo.com
5. ani
April 6th, 2006 at 10:32 pm

aku juga…..
malah dapet tugas dari dosen soal LC
please dunk…. somebody …..

:???::???::???:
6. Ade
July 12th, 2006 at 1:15 pm

Hi,

jika B/L sudah diberikan kepada Bank apakah carrier (perusahaan angkutan) dapat menarik kembali B/L yang sudah dikeluarkan? jika ya, dengan cara apa? Saya sangat butuh jawaban Anda. Thanks.
7. swastika
November 26th, 2006 at 5:09 pm

sejauh mana sih tanggung jawab Bank akan berjalannya transaksi ekspor impor dengan letter of credit ? thanks ya
8. Beta
January 28th, 2007 at 8:15 pm

Berapa persen Collateral yg diminta bank? Apa ada tulisan mengenai aturan Collateral itu dan dimana saya bisa membacanya?

Ditunggu kabarnya

Beta
9. Beta
January 28th, 2007 at 8:16 pm

Berapa persen Collateral yg diminta bank? Apa ada tulisan mengenai aturan Collateral itu dan dimana saya bisa membacanya?

Ditunggu kabarnya

Beta
Jakarta
10. Abdullah
February 27th, 2007 at 11:23 am

Saya baru akan memulai usaha ekspor batik. Apa saja yang perlu saya ketahui? Bisakah anda mengajarkan saya soal pengiriman dan pembayaran?
11. ari
April 30th, 2007 at 1:52 am

apa keuntungan dari letter of credit?
12. Rochmat widodo
June 7th, 2007 at 12:12 pm

mhn penjelasan, rncna import via lc, pembuka lc atas nama J tech di Japan, penerima brng di Ind dgn consignee Indonesia, apakah hal ini dapat dilakukan, kalau bisa tolong klausulnya seperti apa

TKS
13. susbeye
June 26th, 2007 at 2:28 pm

bagaimana prosedur untuk ekspor, meliputi dokumen2 apa saja yang diperlukan, metode pembayaran yang dapat dilakukan,thax…
14. Eddy Chandra
November 13th, 2007 at 4:49 pm

Saya bekerja di bagian import, perusahaan saya biasanya mengimpor barang. Yang mau saya tanyakan apa perbedaan antara sight L/C dengan Usance L/C. Minta dijelaskan perbedaan, keuntungan dan kelemahannya antara sight dan usance.
Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih

Eddy
15. Tito
November 30th, 2007 at 7:58 pm

saya bergerak di bidang penjualan gambir dan saya belum pernah export gambir ke luar negeri,tapi sekarang ada permintaan gambir dari importir india,perusahaan saya belum punya izin export jadi saya pinjam perusahaan teman yang sudah ada izin exportnya,jadi saya mohon penjelasan,apa yang harus saya lakukan sebagai suplayer karena customer saya tsb sudah buka l/C di bank negaranya(india) terima kasih.saya tunggu balasannya..

gambir_mahat@yahoo.com
16. Fenan
December 18th, 2007 at 6:03 pm

saya hanya mahasiswa salah satu perguruan tinggi di manado. L/C memang hebat, tapi mengapa banyak terjadi penipuan seperti contoh kasus L/C fiktif
yang pernah terjadi. Kok bisa? Apakah Bank yang kurang profesional atau L/C itu sendiri yang memiliki banyak kelemahan? Thx.. God Bless..
17. Yovita
January 4th, 2008 at 11:05 am

Pak/ Bu … aku ini bagian controller…aku mau mengecek… divisi eksport..masalah nya saya buta sama sekali ttg L/C…bisakah Bpk/Ibu memberi informasi…yg perlu diperhatikan dari proses penggunaan L/C ampe dengan sistem pembayaraannya ..
thank ya
18. eliss
January 12th, 2008 at 10:41 am

tolong jelaskan tentang keuntungan dan kerugian letter of credit, terimakasih:)
19. susana
January 29th, 2008 at 8:39 am

apa fungsi Letter of credit dan tujuan penggunaannya,makasih
20. Mey
January 31st, 2008 at 2:32 pm

aku mau tanya ttg IMCO terms itu apa yah?
Mohon penjelasan sedetail2nya karena aku buta bgt ttg hal tsb.

thanks yaaa.. :-)
21. Penonton Kecewaaaa.....
February 25th, 2008 at 9:54 pm

yah…… gimana sih pada ga tau L/C semua…. tolol yah…. ga perna sekola apa? ga perna blajar ekonomi? wuakakakaka makanya blajar sono wong pelajaran smp gitu =P
22. jill
March 9th, 2008 at 6:04 pm

saya mahasiswa fakultas hukum,, jurusan hukum internsional.. lg nyusun skripsi tenteng L/C,, mw mengankat kasus yang penelitiannya dibank.. tlng yah,, kira2 apa yah permasalahan yang bisa diangkat??? thank’s..
23. RIZKI EKA PUTRA
March 14th, 2008 at 9:44 am

terimakasih infonya! izin saya copy ya!
24. 3ela
May 25th, 2008 at 10:27 am

plz help me guys……………gw dapet tugas tentang lc ada yang bisabantu?????? plz mail ke gw ya. thx a lot……….
25. mojo
May 30th, 2008 at 11:24 am

ada yang punya data lengkap tentang l/c g???
26. fitri
June 2nd, 2008 at 6:54 pm

halo………semuanya nihau…..???????

tolong jelaskan keuntungan dan kerugian lc plz urgent banget. sebelumnya thx… GBU………..
27. fitri
June 2nd, 2008 at 6:57 pm

halo………semuanya nihau…..???????

apa kerugian dari lc. urgent guys ..sebelumnya thx… GBU………..
28. mojo
June 10th, 2008 at 6:48 pm

coba j liat di buku letter of credit karangan soepriyo adhibroto
29. adityo
June 29th, 2008 at 12:04 pm

hehehehe….
buku yang bahas soal LC dah banyak koq,
di internet juga banyak
tinggal cari di search engine,

Thanks Nofie,
banyak membantu dlm tugas2 gw…
Gud Luck!!

btw,
L/C fiktif buat tulisan cari bahan dmana ya?
30. alit
July 2nd, 2008 at 2:12 pm

i want to know, apakah benar, penjualan migas dan barang tambang Indonesia tidak mengharuskan penjualan dengan L/C?jadi bisa tanpa L/C?
31. riri
July 5th, 2008 at 3:50 pm

kalo mau tahu tentang isi UCP DC dimana ya?
thanks.
32. ical
August 18th, 2008 at 2:01 pm

untuk lc peraturannya sangat ketat,
apalagi jika kena discrepancy…
barang bisa balik lagi….

untuk mencegah kita hari lebih hati2,cek dulu
1.trac record importir/exportir
2.bank yang mempunyai kredebilitas tinggi
3.contract bisnis yg kuat
4.cek strandarisasi pengiriman barang(commcial invoice,B/L,packing list,certificat dll)

icalmelandri@gmail.com
33. vita
September 15th, 2008 at 12:20 pm

ada yang tau ga apa itu ‘Deemed B/L’..?
34. erwin
November 6th, 2008 at 6:11 pm

gue mw tw tentang L/C (letter of credit)
pembukaan L/C
35. titin
November 20th, 2008 at 8:18 am

knp LC ribet banget, sptnya menyusahkan pihak jasa angkutan utk koreksi BL nya.
Apa pihak bank yg kurang profesional atau bgmn ?
36. moz
November 22nd, 2008 at 8:12 pm

Aku bkn anak ekonomi dan gak familier ma kegiatan exim dan perdagangan internasional. boleh dong nanya sama kaya Vita. Anyone here.. tolong jelasin B/L sejelas-jelasnya, aku butuh banget as soon as posible… Insya Allah ilmu itu bermanfaat. Thank alot ta..

Looking forward to hear your thoughts.

Name (required)

Mail (required; logged by server, not for marketing purposes)

Website (if any)

*
*

SBY Beberkan Delapan Daerah Rawan Korupsi


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membeberkan delapan wilayah yang rawan terjadi praktik korupsi. Salah satunya adalah bisnis keluarga pejabat di wilayah APBN dan APBD. SBY pun mewanti-wanti penegak hukum untuk mengawasi wilayah bisnis tersebut dari praktik korupsi.

''Siapa pun berhak melakukan usaha. Tapi, perlu dicegah penyalahgunaan wewenang dalam kaitan ini,'' tegas SBY dalam peringatan Hari Antikorupsi Sedunia di Lapangan Silang Monas kemarin (9/12).

Dia juga menyebutkan kemungkinan terjadinya kolusi antara penguasa dengan pengusaha, terutama di bidang bisnis, sebagai wilayah rawan korupsi.

Wilayah lain yang rawan korupsi, kata SBY, adalah hal-hal yang berkaitan dengan penerimaan negara. ''Harus benar-benar dipastikan bahwa itu masuk ke kas negara,'' tegasnya. Kemudian, wilayah anggaran, baik APBN maupun APBD, harus diawasi mulai perencanaan hingga penggunaannya.

Pengadaan barang dan jasa pemerintah juga disebut SBY rawan korupsi. Alasannya, sering terjadi markup dalam pelaksanaannya. Selain itu, ada wilayah penerimaan pajak dan bea cukai, pendaftaran pegawai -termasuk TNI Polri-, serta wilayah pengurusan izin. ''Di sektor itu sering terjadi pungutan liar,'' ungkap mantan Menko Polkam tersebut.

Korupsi, lanjut SBY, telah memengaruhi tingkat kemakmuran dan dunia usaha. Mental korupsi juga membuat kehidupan berbangsa tidak tenteram. SBY pun mengakui pemberantasan korupsi menjadi tantangan besar pemerintah.

Lantas, apa yang menjadi langkah pemerintah? SBY mengungkapkan, penerbitan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi merupakan langkah awal. ''Terus berantas korupsi tanpa pandang bulu. Indonesia harus bebas korupsi,'' tegasnya.

Peringatan Hari Antikorupsi yang dimotori Kejaksaan Agung tersebut dihadiri Wapres Jusuf Kalla, Jaksa Agung Hendarman Supandji, dan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri. Beberapa anggota Kabinet Indonesia Bersatu juga tampak hadir. Di antaranya, Menko Polhukam Widodo A.S., Menkeu Sri Mulyani Indrawati, dan Mendagri Mardiyanto.

Dalam sambutannya, Jaksa Agung Hendarman Supandji mengungkapkan, indeks persepsi korupsi cenderung membaik dari tahun ke tahun berdasar survei Transparansi Internasional. Pada 2004, nilai indeks persepsi korupsi Indonesia mencapai 2,0 dan berada pada peringkat ke-137 di antara 146 negara.

Pada 2008, indeks persepsi korupsi Indonesia mencapai 2,6 dan berada di urutan ke-126 di antara 180 negara. ''Indeks itu adalah laporan yang ada. Itu tidak semata penegakan hukum, tapi juga didukung reformasi birokrasi,'' ungkap Hendarman.

Dalam acara tersebut, SBY disuguhi lagu-lagu bertema antikorupsi. Salah satunya adalah lagu ciptaan SBY yang berjudul Bangsa Terhebat. Setelah acara, SBY meninjau sejumlah kantin kejujuran dari beberapa sekolah menengah atas di Jakarta.

Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia yang digalang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga tak kalah meriah. KPK memusatkan peringatan tersebut di dua tempat. Di Balai Kartini, komisi mengundang 10 lembaga yang dinilai masih memiliki kualitas pelayanan publik yang jeblok.

Di antaranya, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Departemen Agama, Departemen Pendidikan Nasional, Polri, serta Departemen Hukum dan HAM. Dalam peringatan di gedung KPK, dilakukan deklarasi antikorupsi. Deklarasi itu menjadi komitmen bersama antara Polri, Kejagung, KPK, bersama 33 gubernur di Indonesia untuk memberantas korupsi.

Mereka berjanji tidak menyalahgunakan jabatan hingga tidak melakukan suap. Mereka mengucapkan komitmen memberantas korupsi bersama-sama. ''Korupsi, anti,'' ucap mereka bersama-sama sambil mengepalkan tangan kanan.

Deklarasi itu dipimpin Ketua KPK Antasari Azhar. Nanti, KPK menagih janji para penyelenggara negara yang telah berkomitmen tersebut jika masih terjadi penyimpangan.

Selain pengucapan deklarasi, KPK mengundang dua band yang selama ini aktif mengangkat tema-tema antikorupsi, yakni Slank dan Gigi. (fal/tom/git/iro)


Sumber: Jawa Pos, 10 Desember 2008

Kredit UMKM Jadi Alternatif


JAKARTA -- Bank-bank berskala besar terus mengincar pangsa kredit di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sektor UMKM ini dinilai potensial dan lebih tahan menghadapi krisis.Micro and Retail Banking Director PT Bank Mandiri Tbk Budi G. Sadikin mengemukakan, penyaluran kredit UMKM bisa menjadi alternatif di tengah melambatnya sektor korporasi.

Apalagi, kredit di sektor UMKM dikenal lebih kebal terhadap potensi kredit bermasalah, atau non perfoming loan (NPL), karena sifatnya yang fleksibel dan adaptif terhadap permasalahan. “Sampai saat ini kita sudah menyalurkan kredit UMKM sebesar Rp 23 triliun,” ujar Budi di Jakarta akhir pekan lalu.

Menurut dia, kredit ke sektor UMKM akan menjadi kue yang diperebutkan banyak bank, mengingat pasarnya yang masih sangat luas. Terkait hal itu, Bank Mandiri akan terus meningkatkan penetrasi penyaluran kredit UMKM hingga akhir tahun. Termasuk penyaluran lewat program kredit usaha rakyat (KUR).

Budi menambahkan, tahun depan, pihaknya masih terus meningkatkan penyaluran kredit dengan target pertumbuhan di kisaran 22 - 24 persen. “Tapi, kalau bisa sedikit di atas itu tentu lebih baik,” ujarnya.

Tahun lalu, penyaluran UMKM bank nomor wahid di tanah air itu mencapai Rp 20 triliun, tumbuh sekira 81 persen dibanding tahun sebelumnya. Bank Mandiri, kata Budi, yang semula dikenal hanya lewat kredit korporasi, sudah sejak empat tahun terus meningkatkan portofolio kredit UMKM-nya.

Di setiap segmen, termasuk di kredit UMKM, perseroan menargetkan mampu menguasai 20 - 30 persen pangsa pasar. “Pertumbuhan kredit UMKM kami banyak ditopang oleh pertumbuhan Unit Mikro Mandiri,” jelasnya.

Selain itu, sambung dia, portofolio Bank Mandiri dalam kredit usaha rakyat (KUR) akan ditingkatkan. Per akhir November, penyaluran KUR di Bank Mandiri sudah mencapai Rp 1,13 triliun atau 10 persen dari total penyaluran KUR. Emiten berkode BMRI itu mampu menyalurkan KUR ke 36.974 debitur. Capaian tersebut melebihi target KUR perseroan sebesar Rp 1 triliun pada 2008.

Secara umum, penyaluran KUR per November sudah mencapai Rp 12,03 triliun, dengan jumlah debitur mencapai 1,56 juta orang. Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) masih memimpin dalam penyaluran KUR sebesar Rp 8,6 triliun (71,5 persen dari total KUR).

Kemudian, PT BNI Tbk (BNI) menyalurkan Rp 1,16 triliun (10 persen), Bank Mandiri Rp 1,13 triliun (10 persen), PT Bank Bukopin Tbk Rp 628 miliar (5 persen), PT Bank Syariah Mandiri Rp 332 miliar (3 persen), dan PT BTN (Pesero) sebesar Rp 176 miliar (1 persen). NPL KUR sangat kecil, hanya 0,84 persen atau Rp 52,8 miliar, dari 5.483 debitur.


Pengantar ekonomi makro_bag_3

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN


PENDEKATAN TEORI KONSUMEN

1. Pendekatan Guna Batas klasik / Pendekatan Kardinal / Pendekatan Marginal Utility
2. Pendekatan Ordinal / Pendekatan Kurva tak acuh / indifference curve
3. Pendekatan Atribut


A PENDEKATAN GUNA BATAS KLASIK / KARDINAL

Anggapan: 1. Kepuasan konsumen dapat diukur dengan suatu satuan kepuasan (util)

2. Berlaku hukum Gossen: Law of Diminishing Marginal Benefit : tambahan kepuasan yang semakin berkurang.

(tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan sesuatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsi barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif.

Nilaiguna Total

 Jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu

Nilaiguna Marginal

 Pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.

Untuk memaksimumkan kepuasan seorang konsumen akan mengkonsumsi atau meminta barang sedemikian rupa sehingga kepuasan marginal dari barang X yang dikonsumsi dibagi dengan harga barang X itu sama dengan kepuasan marginal barang Y yang dikonsumsi dibagi dengan harga barang Y tersebut, dan seterusnya.


MUA/PA = MUB/PB = MUC/PC = …………………. MUZ/PZ

Dengan :
MU = kepuasan marginal
P = harga barang
A, B, C… Z = macam barang konsumsi

Pengantar ekonomi makro_bag_2

MEKANISME HARGA:
PERMINTAAN DAN PENAWARAN


PERMINTAAN:

 Keadaan keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah permintaan

JUMLAH BARANG YANG DIMINTA

 Banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu

KURVA PERMINTAAN:

 Suatu kurva yang menggambarkan sifat hubugan antara harga suatu barang dengan jumlah yang diminta konsumen/pembeli.

HUKUM PERMINTAAN:

 Jika harga naik, jumlah yang diminta akan turun, ceteris paribus.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN

a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut
c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
d. Distribusi Pendapatan
e. Jumlah Penduduk
f. Selera masyarakat
g. Ramalan mengenai keadaan masa datang
h. Dll.


PERUBAHAN JUMLAH YANG DIMINTA:

 Berubahnya jumlah barang yang diminta karena adanya perubahan harga

PERUBAHAN PERMINTAAN

 Berubahnya jumlah barang yang diminta, karena perubahan dalam satu atau lebih ceteris paribus.



PENAWARAN:

 Keadaan keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah penawaran

JUMLAH BARANG YANG DITAWARKAN

 Banyaknya penawaran pada suatu tingkat harga tertentu

KURVA PENAWARAN:

 Suatu kurva yang menggambarkan sifat hubugan antara harga suatu barang dengan jumlah yang ditawarkan produsen/penjual.

HUKUM PENAWARAN:

 Jika harga naik, jumlah yang ditawarkan akan naik, ceteris paribus.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN

a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut
c. Biaya produksi
d. Tujuan perusahaan
e. Tingkat teknologi yang digunakan


PERUBAHAN JUMLAH YANG DITAWARKAN

 Berubahnya jumlah barang yang ditawarkan karena adanya perubahan harga

PERUBAHAN PENAWARAN

 Berubahnya jumlah barang yang ditawarkan, karena perubahan dalam satu atau lebih ceteris paribus.

PENENTUAN HARGA & JUMLAH YANG DIPERJUALBELIKAN

 Keadaan di suatu pasar dikatakan dalam keseimbangan jika jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut.

Pengantar ekonomi makro_bag_1

LATAR BELAKANG TIMBULNYA ILMU EKONOMI

• Kelangkaan (sumber daya yang terbatas jumlahnya)
• Mempunyai alternatif penggunaan
• Kebutuhan manusia yang tak terbatas

Macam Sumber daya / Faktor Produksi:

• Tanah dan sumber alam
• Tenaga kerja
• Modal
• Kewirausahaan/entrepreneurship

kebutuhan manusia itu sifatnya tidak terbatas, sedangkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas (scarce), namun mempunyai alternatif pengggunaan.Oleh karena itu manusia harus melakukan pilihan mengenai: what, how dan for whom.


APAKAH ILMU EKONOMI ITU ?

Suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat dalam membuat pilihan dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan sumber daya yang terbatas, namun dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi sekarang dan di masa yang akan datang. (P.A. Samuelson)


JENIS-JENIS ANALISIS EKONOMI

Ekonomi Deskriptif

 Analisis ekonomi yang menggambarkan keadaan sebenarnya terjadi dalam perekonomian.


Teori Ekonomi

 Pandangan-pandangan yang menggambarkan sifat hubungan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dan ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu keadaan yang mempengaruhinya mengalami perubahan.

Ekonomi Terapan

 Cabang ilmu ekonomi yang menelaah tentang kebijakan yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi masalah ekonomi.


TEORI EKONOMI

Teori Ekonomi Mikro

 Bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis tentang bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian.

Teori Ekonomi Makro

 Bagian dari ilmu ekonomi yang membuat analisis terhadap seluruh kegiatan perekonomian (bersifat agregat). Analisisnya bersifat global dan tidak memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian.

Pelaku Kegiatan Ekonomi

• Rumah tangga
• Perusahaan
• Pemerintah

Mengelola Kinerja Perusahaan dengan Balanced Scorecard

people-ring-re.jpgYou can not manage what you can not measure, demikian guru manajemen Peter Drucker pernah berujar. Spirit kalimat itu mengindikasikan bahwa pengelolaan kinerja manajemen atau kinerja bisnis selalu mesti dilakoni melalui proses dan hasil yang terukur. Tanpa manajemen yang berbasis pada indikator yang terukur dan objektif, sebuah gerak organisasi bisnis bisa terpeleset menjadi sejenis paguyuban yang tak produktif.

Dalam konteks pengukuran kinerja perusahaan ini, sekarang kita mengenal adanya sebuah pendekatan yang disebut sebagai balanced scorecard. Pendekatan ini sendiri dipopulerkan oleh Kaplan and Norton melalui bukunya yang fenomenal itu, Balanced Scorecard : Translating Strategy Into Action. Pengertian balanced scorecard sendiri jika diterjemahkan bisa bermakna sebagai rapot kinerja yang seimbang (balanced). Kenapa disebut seimbang karena pendekatan ini hendak mengukur kinerja organisasi secara komprehensif melalui empat dimensi utama, yakni : dimensi keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan dimensi learning & growth.

Dimensi keuangan merupakan hasil akhir yang ingin digapai oleh sebuah organisasi bisnis. Sebab tanpa menghasilkan profit yang sustainable dan cash flow yang sehat, sebuah perusahaan mungkin akan lebih layak disebut sebagai paguyuban sosial. Dalam dimensi ini, beberapa indikator kinerja (atau lazim disebut sebagai key performance indicators atau KPI) yang kerap digunakan sebagai acuan antara lain adalah : tingkat profitabilitas perusahaan, jumlah penjualan dalam setahun (sales revenue), tingkat efisiensi biaya operasi (operation cost dibanding sales), ataupun juga sejumlah indikator keuangan seperti ROI (return on investment), ROA (return on asset) ataupun EVA (economic value added).

Dimensi selanjutnya adalah dimensi pelanggan yang notabene merupakan tonggak penting untuk mencapai kejayaan dalam aspek keuangan. Sebab tanpa pelanggan, sebuah organisasi bisnis tak lagi punya alasan untuk meneruskan nafasnya. Demikianlah untuk menggapai kesuksesan, perusahaan juga mesti memetakan sejumlah ukuran keberhasilan dalam dimensi pelanggan. Sejumlah key performance indicator (KPI) yang lazim digunakan dalam dimensi pelanggan ini antara lain adalah : tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction index), brand image index, brand loyalty index, persentase market share, ataupun market penetration level.

Dimensi berikutnya adalah dimensi proses bisnis internal. Pertanyaan kunci yang layak diajukan disini adalah : untuk meraih keberhasilan keuangan dan memuaskan pelanggan kita, proses bisnis internal apa yang harus terus menerus disempurnakan? Beberapa elemen kunci dalam proses bisnis internal yang layak dikendalikan dengan optimal mencakup segenap mata rantai (supply chain) proses produksi/operasi, manajemen mutu, dan juga proses inovasi. Beberapa contoh KPI yang lazim digunakan dalam dimensi ini antara lain adalah : persentase produk yang cacat (defect rate), tingkat kecepatan dalam proses produksi, jumlah inovasi proses dan produk yang dikembangkan dalam setahun, jumlah produk/jasa yang di-delivery dengan tepat waktu, ataupun jumlah pelanggaran SOP (standard operating procedures).

Dimensi yang terakhir adalah dimensi learning and growth. Dimensi ini sejatinya hendak berfokus pada pengembangan kapabilitas SDM, potensi kepemimpinan dan kekuatan kultur organisasi untuk terus dimekarkan ke titik yang optimal. Dengan kata lain, dimensi ini hendak meletakkan sebuah pondasi yang kokoh nan tegar agar sebuah organisasi bisnis terus bisa mengibarkan keunggulannya. Contoh KPI (key performance indicators) yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja pada dimensi ini antara lain adalah : tingkat kepuasan karyawan (employee satisfaction index), level kompetensi rata-rata karyawan, indeks kultur organisasi (organizational culture index), ataupun jumlah jam pelatihan dan pengembangan per karyawan.

Demikianlah empat dimensi utama yang mesti dikelola dan diukur kinerjanya secara konstan dari waktu ke waktu. Pada dasarnya keempat dimensi diatas bersifat sinergis dan saling behubungan erat secara hirarkis. Sebuah organisasi bisnis hampir tidak mungkin mencapai keunggulan finansial tanpa ditopang oleh barisan pelanggan yang puas dan loyal. Dan barisan pelanggan yang loyal ini tak akan pernah terus tumbuh jika sebuah organisasi tidak memiliki proses bisnis yang ekselen nan inovatif. Dan pada akhirnya, proses kerja yang ekselen ini hanya akan mungkin menjelma menjadi kenyataan jika organisasi tersebut ditopang oleh barisan SDM yang unggul, kepemimimpinan yang tangguh dan budaya organisasi yang positif.

Pengelolaan kinerja organisasi bisnis secara optimal dengan demikian mesti mempertimbangkan keempat dimensi diatas secara intregratif. Serangkaian key performance indicators (beserta target angka) untuk tiap dimensi diatas mesti diidentifikasi dan kemudian dimonitor pencapaiannya secara periodik (misal setiap sebulan sekali dalam sesi monthly performance review meeting). Melalui proses pengelolaan kinerja yang komprehensif pada empat dimensi inilah, sebuah organisasi bisnis mestinya bisa terus tumbuh dan mekar menuju ranah kejayaan.

4 (Empat) Perspektif pada Balanced Scorecard

Banyak metoda untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi. Beberapa tahun kebelakang ukuran keberhasilan itu kebanyakan dinilai dari financial performance dan atau market share saja, walaupun sekarang juga masih banyak yang mengunakan ukuran tersebut.

Di era Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini banyak pelaku di bisnis ini lebih mengutamakan kepada pertumbuhan (growth) dibandingkan dengan financial. Kita ketahui bahwa bisnis TIK memerlukan comunity yang menggunakan produknya (hardware/software/services/others) dan belum tentu comunity tadi membayar untuk produk tersebut secara langsung. Keuntungan akan didapat setelah comunity terbentuk menjadi loyal comunity.

Di era TIK ini, banyak pelaku bisnis yang menggunakan Balanced Scorecard dengan hasil yang sangat menakjubkan. Pendekatan yang dilakukan pada Balanced Scorecard menghubungkan strategi yang ada dalam suatu organisasi/perusahaan, mulai dari visi, critical success factor(dalam hal ini saya analogikan pada rencana strategi), dan pengukuran performansi keberhasilan. Pengukuran dalam Balanced Scorecard dibagi kedalam empat perspektif : Customer, Internal Business, Innovation and Learning, dan Financial Perspective.

Perspektif pelanggan menggunakan ukuran berapa “nilai” yang diberikan kepada pelanggan dilihat dari segi waktu, kualitas, performansi dan layanan, dan biaya. Contohnya ukuran kecepatan waktu mulai dari permintaan sampai dengan pengiriman sampai ditangan pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk kita, tingkat penjualan terhadap produk baru, dan atau banyaknya service call yang dilayani.

Pada perspektif internal dapat mengevaluasi ekspektasi yang diharapkan pelanggan dapat terpenuhi melalui perbaikan proses di internal organisasi tersebut. Disini juga kita dapat mengukur tingkat keahlian dan produktifitas karyawan, kualitas yang dihasilkan oleh organisasi tersebut, dan atau sistem informasi yang baik yang berjalan dalam organisasi.

Dari sisi perspektif inovasi dan pembelajaran dari suatu organisasi kita dapat mengukurnya melalui, peningkatan dan inovasi yang berkelanjutan terhadap produk-produk yang dimiliki. Kita harus garis bawahi bahwa produk disini tidak selamanya berupa barang, pelayanan dan hal-hal lain yang bersifat jasa pun adalah produk. Ukuran yang diberikan antara lain banyaknya produk-produk baru yang dihasilkan dan persentase kebrhasilan penjualannya, tingkat penestrasi terhadap market baru, atau implementasi SCM (supply Chain Management), dll.

Apabila target-target diatas dapat terpenuhi maka efeknya akan mengimbas pada perspektif finansial juga. Finansial disini termasuk mengukur pendapatan dan pengeluaran, lebih dalamnya lagi ROI (return on investment), tingkat penjualan, pertumbuhan market share, dll.

Hal terpenting yang harus kita pahami adalah bagaimana suatu organisasi mendefinisikan apa yang ingin dicapai serta membuat ukurannya yang selanjutnya terus memonitor progres yang telah dicapai. Selanjutnya kita bisa melihat apakah tujuan kita akan tercapai atau tidak.

Balanced Scorecard diukur dalam jangka pendek dan jangka panjang dan di evaluasi setiap bagian yang ada dalam suatu organisasi yang akan memberikan kontribusi untuk mewujudkan setiap tujuan. Balanced Scorecard dapat diterapkan oleh semua jenis organisasi dan semua jenis industri baik profit maupun non-profit.

RAPBN 2009

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, 2008 DAN 2009 *)
(dalam triliun rupiah)




2008 2009

APBN
% thd PDB
APBN-P
% thd PDB
RAPBN
% thd PDB

APBN

% thd PDB
A. Pendapatan Negara dan Hibah
781,4
17,4
895,0
20,0
1.022,6

19,3

985,7

18,5

I. Penerimaan Dalam Negeri
779,2
17,4
892,0
19,9
1.021,6
19,3
984,8
18,5
1. Penerimaan Perpajakan
592,0
13,2
609,2
13,6
726,3
13,7
725,8
13,6
a. Pajak Dalam Negeri
570,0
12,7
580,2
12,9
697,8
13,2
697,3
13,1
i. PPh
306,0
6,8
305,0
6,8
364,4
6,9
357,4
6,7
- Migas
41,6
0,9
53,6
1,2
65,7
1,2
56,7
1,1
- Non-Migas
264,3
5,9
251,4
5,6
298,7
5,6
300,7
5,6
ii. PPN
187,6
4,2
195,5
4,4
245,4
4,6
249,5
4,7
iii. PBB
24,2
0,5
25,3
0,6
28,9
0,5
28,9
0,5
iv. BPHTB
4,9
0,1
5,4
0,1
7,3
0,1
7,8
0,1
v. Cukai
44,4
1,0
45,7
1,0
47,5
0,9
49,5
0,9
vi. Pajak Lainnya
2,9
0,1
3,4
0,1
4,3
0,1
4,3
0,1
b. Pajak Perdagangan Internasional
22,0
0,5
29,0
0,6
28,5
0,5
28,5
0,5
i. Bea Masuk
17,9
0,4
17,8
0,4
19,2
0,4
19,2
0,4
ii. Bea Keluar
4,1
0,1
11,2
0,2
9,3
0,2
9,3
0,2
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
187,2
4,2
282,8
6,3
295,4
5,6
258,9
4,8
a. Penerimaan SDA
126,2
2,8
192,8
4,3
212,6
4,0
173,5
3,3
i. Migas
117,9
2,6
182,9
4,1
203,1
3,8
162,1
3,0
- Minyak Bumi
84,3
1,9
149,1
3,3
159,3
3,0
123,0
2,3
- Gas Alam
33,6
0,8
33,8
0,8
43,7
0,8
39,1
0,7
ii. Non-Migas
8,3
0,2
9,8
0,2
9,5
0,2
11,4
0,2
- Pertambangan Umum
5,3
0,1
6,9
0,2
7,0
0,1
8,7 0,2
- Kehutanan
2,8
0,1
2,8
0,1
2,4
0,0
2,5 0,0
- Perikanan
0,2
0,0
0,2
0,0
0,2
0,0
0,2 0,0
b. Bagian Laba BUMN
23,4
0,5
31,2
0,7
33,0
0,6
30,8
0,6
c. PNBP Lainnya
37,6
0,8
53,7
1,2
44,0
0,8
49,2
0,9
d. Pendapatan BLU
-
-
5,1
0,1
5,8
0,1
5,4
0,1
II. Hibah
2,1
0,0
2,9
0,1
0,9
0,0
0,9
0,0









B. Belanja Negara
854,7
19,1
989,5
22,1
1.122,2
21,2
1.037,1
19,5
I. Belanja Pemerintah Pusat
573,4
12,8
697,1
15,5
818,2
15,5
716,4
13,4
A. Belanja K/L
311,9
7,0
290,0
6,5
312,6
5,9
322,3
6,0
B. Belanja Non-K/L, a.l:
261,5
5,8
407,0
9,1
505,6
9,5
394,1
7,4
- Pembayaran Bunga Utang
91,4
2,0
94,8
2,1
110,3
2,1
101,7
1,9
a. Utang Dalam Negeri
62,7
1,4
65,8
1,5
77,1
1,5
69,3
1,3
b. Utang Luar Negeri
28,6
0,6
29,0
0,6
33,2
0,6
32,3
0,6
- Subsidi
97,9
2,2
234,4
5,2
227,2
4,3
166,7
3,1
a. Subsidi Energi
75,6
1,7
187,1
4,2
161,8 3,1 103,6 1,9
b. Subsidi Non-Energi
22,3
0,5
47,3
1,1
65,4 1,2 63,1 1,2
II, Transfer ke Daerah
281,2
6,3
292,4
6,5
304,0
5,7
320,7
6,0
1. Dana Perimbangan
226,8
6,0
278,4
6,2
295,6
5,6
297,0
5,6
a. Dana Bagi Hasil

66,1

1,5 77,7 1,7 89,9 1,7 85,7 1,6
b. Dana Alokasi Umum

179,5

4,0 179,5 4,0 183,4 3,5 186,4 3,5
c. Dana Alokasi Khusus

21,2

0,5 21,2 0,5 22,3 0,4 24,8 0,5
2. Dana Otsus dan Penyesuaian
14,4
0,3
14,0
0,3
8,3
0,2
23,7
0,4
a. Dana Otonomi Khusus

7,5

0,2

7,5 0,2 8,3 0,2 8,9 0,2
b. Dana Penyesuaian

6,9

0,2

6,5 0,1 0,0 0,0 14,9 0,3









C. Keseimbangan Primer
18,1
0,4
0,3
0,0
10,7
0,2
50,3
0,9









D. Surplus/Defisit Anggaran (A - B)
-73,3
-1,6
-94,5
-2,1
-99,6
-1,9
-51,3
-1,0









E. Pembiayaan (I + II)
73,3
1,6
94,5
2,1
99,6
1,9
51,3
1,0
I. Pembiayaan Dalam Negeri
90,0
2,0
107,6
2,4
110,7
2,1
60,8
1,1
1. Perbankan Dalam Negeri
0,3
0,0
-11,7
-0,3
9,8
0,2
16,6
0,3
a. RDI
0,3
0,0
0,3
0,0
0,7
0,0
3,6 0,0
b. Rekening Pemerintah
-
-
-12,0
-0,3
-
-
3,9
0,0
c. Pelunasan piutang Negara
-
-
-
-
9,1
0,2
9,1
0,2
2. Non-Perbankan Dalam Negeri
89,7
2,0
119,3
2,7
100,9
1,9
44,2
0,8
a. Privatisasi (neto) 1,5

0,0

0,5 0,0 1,0 0,0 0,5 0,0
b. Penjualan Aset Program Restrukturisasi Perbankan 0,6

0,0

3,9 0,1 0,6 0,0 2,6 0,0
c. Surat Berharga Negara (neto) 91,6

2,0

117,8 2,6 112,5 2,1 54,7 1,0
d. Dana Investasi Pemerintah -4,0

-0,1

-2,8 -0,1 -13,1 -0,2 -13,6 -0,3
II. Pembiayaan Luar Negeri (neto)
-16,7
-0,4
-13,1
-0,3
-11,1
-0,2
-9,4
-0,2
1. Penarikan Pinjaman LN (bruto)
43,0
1,0
48,1
1,1
48,5
0,9
52,2
1,0
a. Pinjaman Program 19,1 0,4 26,4 0,6 23,7 0,4 26,4 0,5
b. Pinjaman Proyek 23,9 0,5 21,8 0,5 24,9 0,5 25,7 0,5
2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN
-59,7
-1,3
-61,3
-1,4
-59,6
-1,1
-61,6
-1,2

*) perubahan 1 angka dibelang koma terjadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan