Kisah Hidup-qu

ketika suatu imajinasi tidak dapat disampaikan maka itu adalah sebuah kekosongan yang tak bermakna..perlihatkan imajinasimu agar kau tetap hidup sebagai manusia di dunia ini.... By : Anwar Hamdi



Widget edited by anwar

Berita Iptek


ShoutMix chat widget

d


Tesis ini membuktikan kelemahan pendapat yang diyakini “jumhur” umat Islam terkait doktrin tauqîfî al-rasm al-‘utsmânî dalam penulisan al-Qur`an. Konteks tauqîfî dalam hal ini lebih tepat bila diposisikan dalam hasil bacaan dari teks (tilâwah).

Ada tiga pendapat yang berkembang dalam komunitas akademik hingga sekarang, pertama; pandangan yang didengungkan oleh ibnu Mubarak (w.1090-1155 H/1678-1731 M) dan ‘Abd al-‘Azîz al-Dabâgh (w. 1090-1132 H/1678-1719 M) yang melihat al-rasm al-‘utsmânî adalah tauqîfî yang diterima oleh para penulis wahyu secara taken for granted dari Nabi saw. Kedua; menurut al-Bâqilânî (w. 403 H/1013 M) dan ibnu Khaldûn (w. 808 H/ 1405 M) al-rasm al-‘utsmânî adalah produk ijtihad dari para sahabat Nabi saw pada masa ‘Utsman. Ketiga; pendapat yang dikemukakan oleh al-‘Izz ibnu ‘Abdissalâm (661 H/.1266 M) dan al-Zarkasyî (w. 794 H/1391 M) yang mengatakan, bagi orang awam selayaknya bentuk ortografi al-Qur`an disesuaikan dengan perkembangan pola penulisan, namun di sisi lain bagi orang-orang tertentu upaya tetap mempergunakan al-rasm al-‘utsmânî sebagai salah satuwarisan khazanah klasik yang layak untuk dilestarikan. Posisi peneliti berada pada kelompok ketiga, dengan revisi tauqîfî lebih rasional bila diletakkan dalam aspek tilâwah-nya.

Sumber yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari dua kategori. Untuk ulûm al-Qur’an peneliti merujuk pada al-Burhân fi Ulûm al-Qur'ân karya al-Zarkasyî (794 H/1391M), al-Itqân fi Ulûm Al-Qur’ân karya al-Syuyûtî (w. 911 H), dan kitab yang diedit oleh Arthur Jeffry Muqaddimatân fi Ulûm al-Qur`ân. Sementara untuk referensi ilmu al-rasm al-‘utsmânî peneliti mempergunakan Kitâb al-Masâhif karya Abû Bakar Abdillâh bin Sulaimân bin al-As'ab al-Sijistanî (w. 316 H) dan al-Muqni' fi Rasm Masâhif al-Amsâr karya al-Dâni (w. 444 H). Adapun cara pembacaan terhadap sumber peneliti mempergunakan pendekatan sejarah yang dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan pengumpulan data (heuristik), melakukan verifikasi data, interpretasi dengan cara analisis dan sintesis dan terakhir menyususn kesaksian yang dapat dipercaya dalam satu penyajian yang berarti (historiografi). Selain itu peneliti juga mengkomparasikan hasil bacaan dengan beberapa buku sekunder terbaik yang layak dan memiliki otoritas dibidangnya

0 komentar:

Posting Komentar